ANALISA PERBANDINGAN MESIN SOHC DAN DOHC
BAB III
ANALISA
Persaingan
perubutan pasar sport 150 cc antara New Vixion Linghtning yang mengusung engine
bertipe SOHC dan CB150R Street Fire yang mengusung engine DOHC. Isu tentang
keunggulan masing2 tipe mesin pun kembali menghangat, ada yang mengatakan sohc
torsi nya besar di rpm bawah dan dohc powernya besar di rpm atas. Pernyataan
ini tidak salah, akan tetapi tidak 100% benar, masih memerlukan tambahan
penjelasan, jadi bukan berarti sohc nggak bisa kenceng atau dohc kenceng di rpm
bawah. Penjelasan menganai masalah ini bukan hanya melibatkan jumlah noken
as/camshaft (sohc =1, dohc =2), akan tetapi juga terkait dengan desain awal,
karakter engine-nya akan digunakan untuk apa ?
Engine dengan karakter torsi besar di rpm rendah
Engine
dengan tipe ini, sudah pasti didisain dengan stroke yang panjang, bahkan
seringkali lebih panjang dari bore nya (overstroke). Dari disain ini maka
berakibat pada :
1. Karena
stroknya panjang, maka bandul (crankshaft) nya besar, dan hal ini sangat besar
efeknya terhadap torsi yang diperoleh.
2. Bore nya
pasti lebih kecil dibandingkan dengan overbore dengan kapasitas yang sama
3. Karena
bore nya kecil, maka diameter klep-nya juga kecil, dan ini sangat cocok dengan
karakter besin bertorsi besar, yaitu besarnya kecepatan aliran udara lebih
berpengaruh dibandingkan dengan besarnya volume yang masuk.
4. Karena
bore nya kecil, head juga kecil, maka menggunakan SOHC lebih efisien
ditinjau dari bentuk dan penempatan engine
Setelah
SOHC dipilih sebagai sistem pembuka-tutup klep, maka akan memberikan
konsekuensi
1. Lobe buka
dan tutup menyatu dalam satu poros, sehingga sulit melakukan modifikasi timing
dari noken as
2. Karena
untuk menunjang engine overstroke yang memiliki torsi besar di rpm bawah, maka
desain overlap camshaft dibuat sempit, dan untuk mengubah profil overlap, garus
ganti camshaft.
Nah dari
2 parameter ini (overstroke dan sohc) benar2 merupakan perpaduan yang ”
istimewa” untuk mesin bertorsi besar di rpm bawah, karena memiliki beberapa
keuntungan, yaitu :
1. Pada rpm
rendah torsi sudah pasti lebih tinggi dari pada overbore, selain karena memang
sudah dirancang demikian, rugi2 daya pada putaran rendah, akibat beban
camshaft, lebih sedikit, karena camshaft cuma 1 jadi bobotnya lebih ringan,
selain itu rantai yang digunakan juga pendek.
2. Karena
diameter klep-nya lebih kecil, dan torsi sudah mencukupi pada rpm rendah, maka
otomatis konsumsi bbm lebih irit.
3. Karena
tidak mementingkan power di rpm tinggi, maka kekuatan/tegangan per klep juga
tidak perlu tinggi, karena tidak mengkhawatirkan terjadinya floating pada klep. Sehingga
turut memperkecil kerugian daya, karena crankshaft juga harus bekerja memutar
noken-as untuk menekan klep malawan gaya per/pegas tersebut.
Selain
itu desain ini, berakibat meningkatkan potensi kerugian2 yang akan muncul jika
bekerja pada rpm tinggi, diantaranya
2. Karena
desain overlap camshaft kecil dan sudah fix, maka tidak akan mampu memberikan
efek scavenging, sehingga turut memperkecil VE pada putaran tinggi. Dari poin 1
dan 2, mengakibatkan power di rpm tinggi akan jauh menurun, sehingga
memperkecil kemampuan akselerasi.
3. Kombinasi
bore yang sempit dan sohc, menjadikan sudut antara klep in dan ex lebar,
ditambah dengan kekerasan tegangan per-klep yang kurang memadai, kemungkinan
klep akan saling berbenturan semakin besar pada rpm tinggi, begitu pula antara
klep dgn piston.
4. Karena
stroke nya panjang, maka batas rpm maksimumnya rendah (dibatasi piston speed maksimum
nya), sehingga rpm yang bisa digapai juga rendah.
Jadi
mesin bertorsi besar di rpm bawah bukan semata2 karena SOHC, tetapi lebih
disebabkan disain awalnya, mengoptimumkan torsi di rpm bawah.
Engine
dengan karakter power besar di rpm tinggi
Karena menginkan
mesin yang mampu bekerja optimal di rpm tinggi, maka mesin overbore sangat sesuai untuk
keperluan ini, karena :
1. Stroke
nya pendek, sehingga crankshaft kecil, bobot nya ringan, sehingga mempercepat
pencapaian topspeed di rpm tinggi
2. Stroke
yang pendek juga memungkinkan mesin memiliki potensi rpm yang lebih tinggi,
pada batas piston speed maksimumnya
3. Karena
bore nya lebar, maka diameter klepnya besar2 dan hal ini cocok untuk
memaksimalkan VE di rpm tinggi
4. Karena
bore nya lebar, pengaplikasian dohc akan lebih mudah.
Setelah
dipilih dohc sebagai sistem pembuka-tutup klep in dan ex, maka konsekuensi yang
harus ditanggung adalah :
1. Bobot
camsahft semakin berat
2. Kamprat
semakin panjang, dari poin 1, dan 2 memberikan peningkatan kerugian daya pada
crankshaft karena harus memutar 2 buah camshaft/noken as yang lebih berat
dengan rantai yang lebih panjang, terutama pada rpm rendah.
3. Kerugian
gesek yang semakin besar karena sebagian besar sistem dohc tidak terdapat
bearing di camshaft nya
4. Sulit
mengatur menyetel kerenggangan klep, karena menggunakn sim tapped.
Jadi
itulah beberapa kerugian ketika menggunakan dohc, terutama pada rpm rendah.
Akan tetapi dohc yang dikombinasikan dengan mesin overbore, memiliki keuntunga
ketika bekerja pada rpm tinggi yaitu :
1. Dengan
menggunakan dohc, maka sudut klep bisa diperkecil, sehingga meminimalkan
benturan antar klep.
2. Karena
lobe in dan ex terpisah, maka akan sangat mudah men-stel besarnya overlap
camshaft, untuk meningkatkan VE dengan memanfaatkan efek scavenging pad rpm
tinggi, sehingga powernya semakin tinggi di rpm tinggi (tertentu)
Jadi
power besar pada rpm tinggi bukan ” hanya” disebabkan oleh pengaplikasian DOHC,
tapi lebih merupakan kombinasi antara dohc dengan karakter engine yang
oberbore.
contoh
mesin honda Tiger berdiameter seher 63,5mm ingin di pasang klep diameter 34mm
tentu luas penampang permukaan kop tidak akan muat seating klep, untuk klep
31mm saja sudah mentok garis luar squis kop apalagi 34mm weleh jadi modif
tambal gak karu karuan. Solusinya ya ganti Blok Kop DOHC macam punya satria fu
sebagai
perbandingan diameter seher satria 62mm bisa di benamkan klep in 24mm dan out
21mm dimana klep 24mm dua biji setara dengan 34mm sebiji. kok bisa??? ya bisa
begini perhitungannya
Untuk
membuat persamaan yang kita jadikan acuan adalah luas permukaan klep dimana:
L = 3,14
x r kuadrat
L = 3,14
x 12 kuadrat
L = 3,14
x144
L =
452,16mm
karena
klep in fu ada dua biji maka luas klep fu 24mm adalah 452,16 x 2 =904,32
L = luas
r = jari jari (separuh diameter)
Sekarang
tinggal kita konversi luas tersebut dalam klep tunggal
r = akar
(L / 3,14) x 2
= akqr
(904,32 / 3,14) x 2
= akar
(288) x 2
= 16,97 x
2
= 33,9
Dari
persamaan diatas diketahui bahwa klep ganda 24mm setara dengan klep tunggal
34mm
\
BAB IV
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa baik mesin DOHC maupun SOHC,
pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatur buka tutupnya katup. Namun untuk
mendapatkan power atau torsi maksimal, baik DOHC maupun SOHC banyak sekali
faktor lain yang berpengaruh, misalnya besarnya klep, besarnya sudut klep,
diameter silinder dan panjangnya langkah piston (overbore/overstroke) dll.
Bagi kalian yang menginginkan motor untuk harian yang irit dan mudah
perawatannya, SOHC adalah pilihan cerdas. Namun jika menginginkan motor dengan
performa tinggi yang lebih powerful, dan DOHC memiliki potensi lebih untuk itu
. Maka tak heran jika motor balap dunia semua menggunakan mesin DOHC
0 komentar: